Tentang (Permasalahan) Keluarga: Resensi Film Ngeri-Ngeri Sedap

A. Selayang Pandang Film Ngeri-Ngeri Sedap

Film Ngeri-Ngeri Sedap (2020) merupakan salah satu film Indonesia yang bergenre drama komedi. Film ini merupakan film garapan rumah produksi Imajinari dengan disutradarai oleh Bene Dion Rajagukguk dan sukses mengudara pada 2 Juni 2020 lalu. Film ini juga menghadirkan artis-artis kondang seperti Arswendy Beningswara Nasution, Boris Bokir Manullang, Tika Panggabean, Gita Bhebhita Butarbutar, Lolox, dan Indra Jegel. Selain itu, film berdurasi 114 menit ini juga berhasil menyabet berbagai macam penghargaan bergengsi yang salah satunya adalah penghargaan Festifal Film Indonesia 2022 sebagai film cerita panjang terbaik, sutradara terbaik, pemeran utama wanita terbaik, penulis skenario asli terbaik, dan penata musik terbaik. Dengan demikian, sudah dapat dipastikan bahwa film ini memiliki kualitas yang baik bila meninjau rekam jejaknya sebagai film yang meraih berbagai macam penghargaan dan prestasi.

B. Sinopsis Film Ngeri-Ngeri Sedap

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, film ini menghadirkan artis-artis kondang kawakan. Belum lagi, film ini juga meraih penghargaan pemeran utama wanita terbaik yang dianugerahkan kepada Tika Panggabean (Mak Domu). Tentunya, isi cerita yang ditampilkan pun sangat menarik dan cocok untuk menemani diri ketika waktu luang tiba.

Film ini mengisahkan Pak Domu dan Mak Domu yang ingin berkumpul bersama seluruh anak-anaknya (Domu, Sarma, Gabe, dan Sahat) sebagai keluarga yang utuh untuk menghadiri acara adat. Akan tetapi, niat tersebut belum dapat tersampaikan lantaran anak-anaknya tengah menjalankan kehidupannya masing-masing di perantauan. Belum lagi, hubungan anak-anaknya dengan Pak Domu sedikit kurang harmonis sehingga membuat mereka enggan untuk pulang ke rumah Pak Domu dan Mak Domu di Medan.

Domu (Boris Bokir) anak sulung Pak Domu berencana menikah dengan gadis Sunda (non-Batak) dan hal ini membuat hubungannya dengan Pak Domu merenggang. Lalu, Gabe (Lolox) anak ketiga Pak Domu berprofesi sebagai pelawak, padahal Pak Domu sangat ingin putranya itu menjadi pengacara–sampai-sampai menguliahkannya di jurusan hukum. Sahat (Indra Jegel) si bungsu juga merantau di tanah Jawa dan tinggal bersama Pak Pomo–orang yang berpengaruh saat Sahat melakukan KKN–bukan tinggal di Medan sebagai pewaris rumah. Dan terakhir adalah Sarma (Gita Bhebita) anak kedua Pak Domu yang berbeda dengan saudara-saudaranya yang lebih memilih tinggal bersama Pak Domu dan Mak Domu di Medan.

Permasalahan-permasalahan tadi membuat Pak Domu harus memutar otak. Bagaimanapun caranya, anak-anaknya harus bisa berkumpul saat acara adat nanti. Hal inilah yang membawanya pada rencana “pura-pura cerai”. Pak Domu dan Mak Domu bertingkah seolah-olah mereka bertengkar supaya anak-anaknya empati dan mau pulang ke rumah. Rencana ini pun membuat Sarma ikut terjebak di dalamnya sampai-sampai membuat ketiga saudara yang lain mempercayainya. Tentunya, pertengkaran itu hanya pura-pura, tetapi apa yang diungkapkan oleh Mak Domu bukan kebohongan belaka. Nampak kisah pilu dari keharmonisan keluarga yang berusaha disampaikan dalam film ini. Akan tetapi, meski berlatar sedih dan duka, makna tersebut disampaikan dengan balutan komedi-komedi yang lucu. Emosi penonton akan diombang-ambing di antara sisi tawa dan duka yang menyelimuti film ini.

C. Orientasi Budaya Batak

Sesuai dengan latar film yang bercerita di Medan serta ditambah dengan nuansa adat Batak yang kental, sudah jelas bahwa film ini menampakkan keadaan budaya sebagai identitasnya. Dalam hal ini, film Ngeri-Ngeri Sedap menyajikan adat istiadat, kebudayaan, dan simbol-simbol lain yang erat dengan Batak. Ditilik dari hal tersebut, hal ini sesuai dengan pernyataan Teeuw (1980) yang berpendapat bahwa sastra tidak lahir  dari kekosongan budaya. Dengan kata lain, sastra–dalam hal ini film–lahir atas adanya budaya yang menjadi latar belakangnya.

Selain itu, hal yang mendasari suku Batak dapat menjadi objek utama pada film ini dapat dilihat dari kedekatan antara pengarang dan karya sastra. Wiyatmi (2013) berpendapat bahwa sosiologi pengarang merupakan kajian sosiologi sastra yang berfokus pada pengarang sebagai pencipta karya. Pengarang–dalam hal ini Bene Dion–merupakan tokoh yang tumbuh dan hidup dengan nafas Batak. Hal ini membuatnya dapat menyajikan unsur-unsur Batak dalam film ini. Unsur-unsur Batak itu di antaranya pernikahan dengan sesama Batak, stigma masyarakat Batak yang identik dengan pengacara, anak bungsu menjaga rumah, dan upacara adat Batak.

Selain unsur-unsur Batak, film ini juga menyuguhkan bentang alam Medan dengan Danau Toba sebagai ikon utamanya dan keseharian masyarakat Batak. Tentunya hal ini menjadi kelebihan dalam film ini. Selain berhasil membungkus makna keluarga dengan humor, film ini juga berhasil menyuguhkan visual yang memukau.

D. Isu Patriarki dan Kesetaraan Gender

Jika ditilik dengan saksama, ada satu pesan yang tersirat dari film ini. Pesan tersebut adalah isu patriarki. Mak Domu dan Sarma sebagai seorang perempuan telah kehilangan haknya untuk berpendapat lantaran perempuan harus menuruti laki-laki–dalam hal ini Pak Domu. Mak Domu hanya dapat menuruti kehendak suaminya, termasuk rencana “pura-pura cerai” itu. Dan Sarma hanyalah anak yang harus setia selamanya kepada ayahnya, termasuk pula menyukseskan rencana “pura-pura cerai”. Tentu saja, fenomena yang ditunjukkan bukan itu saja karena banyak fenomena sosial yang identik dengan patriarki dalam film ini. Sayangnya hal tersebut tergambar secara implisit dan perlu perenungan secara sadar dan saksama.

Pada akhirnya, penulis setuju bahwa pesan yang disampaikan mampu terbungkus dengan apik sepanjang film ini diputar. Akan tetapi, penulis juga merasa klimaks pada film sedikit mengecewakan karena setiap anggota keluarga seperti dipaksa untuk berbicara. Alih-alih memberikan kesempatan untuk berpendapat, yang terjadi malah membuat klimaks yang ada menjadi kurang realistis. Terlepas dari apapun itu, film Ngeri Ngeri Sedap berhasil membuat penulis tertawa sekaligus bersedih di saat yang bersamaan. 

Film ini sangat layak untuk menemani waktu senggang, di samping mengandung pesan dan makna yang sangat mendalam.

Penulis : Yusri Ramadhan
Editor : Bethari Damara Setia
Desainer : Faradiva Maharani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *