Siapa gak kenal ospek? Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus ini merupakan kegiatan awal bagi setiap peserta didik yang menempuh jenjang perguruan tinggi. Tidak hanya sebagai pintu awal menghantarkan mahasiswa baru menuju dunia perkuliahan yang dinamis, ospek juga dapat dilakukan untuk membangun karakter mahasiswa sebagai pribadi yang tanggap dan gigih.
Ospek tidak hanya memberikan gambaran rinci mengenai dunia perkuliahan, namun juga bisa menimbulkan first impression serta citra kampus yang baik bagi para mahasiswa baru. Maka dari itu, ospek biasanya terdiri dari berbagai rangkaian dengan berbagai materi esensial sebagai pengenalan dan pembentukan karakter para mahasiswa. Meski begitu, nampaknya implementasi ospek di Indonesia masih banyak dibumbui substansi yang dianggap negatif.
Sudah menjadi rahasia umum jika ospek di Indonesia juga bertujuan untuk melatih kedisplinan mahasiswanya. Untuk melatih hal tersebut, beragam cara kerap dilakukan. Adapun dalam hal ini, berbagai ospek di Indonesia dikatakan masih dilaksanakan secara negatif, yakni menggunakan tindakan intimidatif dan represif yang merugikan para mahasiswa baru. Hal ini membuat saya bingung. Apakah ospek dilaksanakan semata-mata untuk pengenalan atau ajang aktualisasi diri para senior yang merasa lebih superior?
Ospek ala militer yang mempermalukan mahasiswa baru sudah tidak zaman lagi. Kegiatan yang mengintimidasi dan merendahkan harkat martabat para mahasiswa baru bukan bisa menumbuhkan mental tahan baja, namun justru menumbuhkan mental pembalas dan pendendam, seperti yang dikatakan oleh Kooordinator BEM Seluruh Indonesia, Remy Hastian yang dilansir dari Tirto.id pada 16/9/20.
“Jangan sampai dihilangkan esensi dan tujuan dari ospek sehingga melenceng hal-hal yang mewarisi dendam dan hal-hal yang tidak baik,” ucap Remy.
Dari pada melaksanakan ospek yang kuno dan intimidatif, baiknya para panitia berkaca pada ospek-ospek yang telah suskes dilaksanakan di berbagai kampus lainnya. Misalnya seperti pelaksanaan ospek oleh Universitas Paramadina yang banyak mengadakan sesi tanya jawab dan diskusi, (Idntimes.com,2019) dan ospek oleh kampus Sanata Dharma yang menonjolkan sesi disuksi dan malam inisasi bertabur hiburan (Mojok.co, 2019). Adapun kedua ospek itu menunjukkan bahwa ospek tidak perlu diterapkan secara militer dan mengintimidasi.
Selain itu, mungkin pelaksanaan ospek Universitas Padjadjaran yakni Prabu juga bisa dijadikan sebagai contoh. Hal ini karena ospek tersebut tidak menghadirkan sosok panitia intimidatif serta lebih menekankan rangkaian acara yang penuh dengan nilai-nilai pemahaman dan pengenalan pada kampus yang informatif secara menyenangkan.
“Pada event prabu ini, kami menanamkan 4 nilai kepada mahasiswa baru yaitu kemahasiswaan, keunpadan, kebangsaan dan personality. Kami membawa visi dan misi BEM Unpad yakni silih asah, silih asah, dan silih asuh ( saling mengingatakan saling menyayangi, dan saling mengajari), jadi kami juga mengonsep acara sedemikian rupa sehingga para mahasiswa baru bisa memahami, tertarik dan terhibur dengan pesan yang disampaikan, “ucap Hardi Nugraha, Project Supervisor Prabu Unpad 2020.
Visi dan misi yang dijadikan dasar itu pun membuat ospek tersebut diminati mahasiswa baru seperti Advanjani. Sebagai mahasiswa yang baru merasakan orientasi di kampus, ia merasa mendapat manfaat dari Prabu Unpad karena menyajikan informasi yang penting dan dikemas secara menyenangkan.
“Acara Prabu seru sih, konten yang diberikan pun menyenangkan apalagi waktu menampilkan keiatan atau UKM yang ada di Unpad. Tugas-tugas yang diberikan juga menambah informasi,” ujar Adyanjani selaku peserta Prabu Unpad 2020
Idealnya, tujuan ospek adalah mengenalkan dan mengajarkan kepada para mahasiswa baru tentang dunia perkuliahan yang akan dilewati mereka. Selain itu juga ospek bertujuan sebagai pengingat bahwa mahasiswa juga memiliki fungsi sosial di masyarakat sebagai agen perubahan. Bila sejak awal mahasiswa sudah dihadapkan pada budaya ospek yang “keras”, intimidatif dan kurang esensial, maka tujuan sejati ospek sebagai orientasi takkan tercapai dengan efektiff.
Memiliki mental tangguh pun bisa dibentuk dari rasa sayang kepada kampus, bukan hanya dari bentakan dan hukuman. Rasa hormat dan segan bukan tumbuh dari rasa takut, akan tetapi rasa menghargai keberadaan orang lain. Maka dari itu, ospek harus dikonsep sedemikian rupa melalui pemikiran matang oleh pihak panitia. Mereka harus bisa menonjolkan esensi serta nilai yang ingin disampaikan pada para mahasiswa baru. Hal ini karena ospek bukanlah ajang eksistensi dan aktualisasi sang panitia semata.
Penulis: Nyoman Raditya dan Indah Evania Putri
Editor: Indah Evania Putri