Dalam setiap perjalanan hidup, manusia tak akan lepas dari dimensi ruang dan waktu. Dimensi ruang berarti tempat berlangsungnya suatu hal dalam hidup. Sedangkan dimensi waktu menunjuk pada kapan hal tersebut terjadi. Melalui dimensi ruang dan waktu itulah kita akan memperbarui memori dengan tiap peran yang kita jalani mengikuti alur kehidupan. Alur dalam hidup tersebut akan dibagi ke dalam tiga dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa mendatang.
Aku masih mengingat pesan yang disampaikan oleh bapak presiden pertama kita, Soekarno, bahwa “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah” atau biasa disingkat menjadi “JASMERAH”. Masih tentang sejarah, Sartono Kartodirjo pun pernah mengatakan bahwa orang-orang yang telah melupakan masa lampaunya berarti telah kehilangan identitas.
Sebelum berlanjut, aku ingin menyamakan pemahaman bahwa sejarah yang akan aku bahas di sini bukan hanya peristiwa masa lalu nenek moyang kita yang telah diabadikan dalam buku atau cerita kakek-nenek yang terus mengalir sampai ke telinga anak-cucu. Namun, peristiwa atau kejadian-kejadian masa lalu yang pernah kita alami. Baik peristiwa menyenangkan, ataupun menyakitkan.
Kenapa Harus Beranjak Dari Masa Lalu?
Sejatinya, kejadian-kejadian di masa lalu kita akan membentuk diri kita di masa kini. Kemudian, hal-hal yang kita lakukan di masa kini, akan berdampak pula pada masa mendatang. Masalahnya, kita sebagai manusia seringkali berandai dan menyesal atas apa yang telah terjadi di masa lalu kita atau terlalu cemas pada hal-hal yang belum terjadi sampai terkadang kita lupa untuk menjalani hari ini dengan sebaik-baiknya.
“Seandainya aku belajar tentang ini sejak kecil.”
“Seandainya aku tidak mengambil jalan itu.”
“Seandainya aku nggak kuliah, pasti sekarang aku udah bisa ngasih uang buat orang tua.”
“Kenapa, ya, dulu aku nggak pilih kuliah di jurusan itu?”
Pikiran-pikiran itu akan terus datang ke kepalamu. Mereka tidak akan berhenti mengganggu kamu. Oleh karena itu, kamu harus mulai bangkit dan menyingkirkan pikiran itu. Bukankah menyakitkan saat kita terjebak di masa lalu padahal raga kita tetap melaju? Bukannya maju, kemungkinan kita akan tetap di posisi itu. Sebab, ketika orang lain mampu berdamai dengan masa lalunya dan membentuk pribadi menjadi lebih baik, kamu masih terpaku pada pemikiran tak berujung itu. Pada akhirnya, isi kepalamu akan terus menemukan jalan buntu.
Daripada berandai-andai tentang hal-hal yang seharusnya kamu lakukan di masa lalu, lebih baik kamu mencoba melakukan hal-hal itu sekarang, saat kamu masih punya waktu. Satu hal lain yang terus kuingat di kepala adalah perihal waktu yang tak akan menunggu kita siap, bahwa waktu akan terus bergerak, ia tak peduli bahwa kita masih terjebak.
Tapi, Masa Laluku Begitu Menyakitkan, Aku Takut.
Hei, kamu tidak sendirian. Rasa takut itu wajar, kamu masih manusia. Cerita masa lalu yang kamu punya tak harus masuk dalam daftar hal-hal yang harus dilupakan, tetapi biarkan mereka masuk dalam daftar hal-hal yang perlu kamu terima, hal-hal yang berhasil kamu taklukan, hal-hal yang membuatmu berubah menjadi kamu versi sekarang.
Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, bukan berarti kamu membiarkan masa lalu bertumpu pada pundak dan menjadi bebanmu dalam setiap langkah. Terkadang, hal-hal menyakitkan yang berusaha kita lupakan mampu menjadi bom waktu yang siap meledak kapanpun. Lain halnya jika kamu berhasil berdamai, membiarkannya tersimpan rapi dalam satu ruang di kepala, membiarkannya lepas untuk bernafas, sampai pada satu titik kamu mampu tersenyum kala bercerita bahwa hal menyakitkan itu pernah datang dan kamu berhasil menghadapinya.
Beranjak dari masa lalu memang tak mudah, melepaskannya dari hidupmu pun mustahil. Sebab, masa lalu juga menjadi bagian penting dalam hidup. Hal-hal yang menjadi milik kita sekarang adalah hasil dari proses panjang yang kita lalui di masa lampau. Menyulitkan, memang, ketika keadaan memaksa kita untuk berdamai pada hal-hal yang membuat kita jatuh pada lubang gelap yang dalam. Namun, hidup memang tak selalu manis kan?
Apakah Masa Mendatang Akan Menyenangkan?
Pertama, biar kujelaskan bahwa aku bukan cenayang. Aku tak mampu meramal tentang hal-hal apa yang akan menghampirimu di masa mendatang. Namun, satu hal yang dapat kupastikan adalah beban dan tanggung jawab akan selalu hadir dalam setiap perjalanan. Bebanmu boleh jadi akan lebih berat, porsi masalahmu akan lebih besar. Oleh karena itu, pastikan bahumu lebih kuat, hatimu lebih lapang, genggamanmu lebih erat, dan pikiranmu lebih matang.
Bukankah saat kecil kau pernah mendamba untuk menjadi dewasa? Maka, nikmatilah prosesnya. Mari belajar memaknai segala hal yang kita hadapi sekarang. Jangan biarkan pikiranmu kalut dalam sesal dan ketakutan. Kamu pernah hidup di masa lalu, tapi masa lalumu sudah selesai. Tak perlu terlalu cemas pada masa depan, kecemasan itu kamu yang menciptakannya, kenyataan belum tentu seperti apa yang kamu bayangkan.
Nikmati hidupmu sekarang, maknai perjalanan panjangmu saat ini, waktu tak akan terulang. Apa yang ada di hadapan kita sekarang, boleh jadi hanya akan sekali datang, tak ada kedatangan kedua, ketiga, dan lainnya. Mari belajar, sebab kamu versi sepuluh atau dua puluh tahun mendatang adalah hasil dari proses saat ini.
Penulis: Rin Ariana
Editor: Rosiana
Desainer: Salma Asti