Jatinangor, Kawasan yang Pembangunannya Belum Merata

Kalau mendengar kata “Jatinangor” akan ada orang yang mengira bahwa daerah ini merupakan sebuah kota madya. Padahal, Jatinangor merupakan sebuah kecamatan yang berada di perbatasan antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang. Jika dilihat dari banyaknya perguruan tinggi ternama yang berdiri di satu kecamatan ini seperti IPDN, IKOPIN, ITB, dan juga Unpad, tidak heran mengapa orang dapat mengira bahwa Jatinangor ini adalah sebuah kota. Bahkan, kecamatan Jatinangor juga mendapatkan julukan “Kawasan Pendidikan” karena begitu banyaknya perguruan tinggi yang dibangun. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menjadikan kecamatan ini ramai dan juga padat penduduk. Selain kepadatan penduduk, kawasan perguruan tinggi ini juga memengaruhi pembangunan yang berlangsung di Kecamatan Jatinangor. 

Sebagai salah satu bagian dari Kabupaten Sumedang, Kecamatan Jatinangor  adalah salah satu kecamatan yang mengalami pembangunan begitu pesat. Dilihat dari adanya pusat perbelanjaan seperti Jatinangor Town Square (Jatos), banyaknya gedung apartemen yang dibangun, dan juga bangunan indekos yang menjamur dimana-mana. 

Meskipun begitu, rupanya pembangunan di Kecamatan Jatinangor ini belum terlaksana secara merata. Pembangunan ini sangat terasa di wilayah bagian selatan yang meliputi Desa Hegarmanah, Cikeruh, Sayang, dsb. Jika dilihat dari daerahnya, rata-rata pembangunan ini berada di sekitar wilayah perguruan tinggi. Mengingat banyaknya mahasiswa pendatang yang berasal dari luar wilayah Bandung Raya, pembangunan yang dilakukan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah akses bagi mahasiswa yang melakukan aktivitasnya di sekitar kampus.

Berbeda dengan wilayah selatan yang pembangunannya begitu pesat, pembangunan di wilayah utara Jatinangor rupanya tidak begitu terasa. Salah satu desa yang tidak merasakan dampak pembangunan tersebut adalah Desa Cileles. Terletak di sebelah utara Desa Hegarmanah, Desa Cileles ini masih menjadi bagian dari Kecamatan Jatinangor. Namun, karena letaknya yang bisa dibilang jauh dari hiruk pikuk aktivitas mahasiswa, di desa ini tidak terdapat bangunan yang dijadikan indekos mahasiswa sehingga yang tinggal di desa ini kebanyakan adalah warga asli yang sudah menetap sejak lahir di sana. Oleh karena itu, Desa Cileles tidak begitu dikenal oleh banyak orang, terutama para mahasiswa pendatang yang berasal dari luar daerah Jatinangor. 

Warga di Desa Cileles juga tampaknya merasakan adanya ketimpangan pembangunan yang terjadi antara wilayah selatan dan juga wilayah utara Kecamatan Jatinangor. Menurut Turi, salah satu warga asli Kampung Mekarjaya, Desa Cileles, pembangunan yang tidak merata menyebabkan akses menuju sarana publik seperti pasar dan minimarket menjadi sulit karena tidak ada transportasi umum yang melayani rute Desa Cileles. Jadi, jika warga Desa Cileles tidak memiliki kendaraan pribadi, mereka akan merasa kesulitan untuk bepergian. Selain itu, Turi juga menuturkan bahwa dampak dari pembangunan yang tidak merata ini juga menyebabkan perbedaan mata pencaharian warga lokal. Mata pencaharian mayoritas warga Desa Cileles adalah petani dan kuli bangunan, sedangkan di bagian selatan Jatinangor ada banyak kesempatan kerja yang memiliki penghasilan lebih, seperti mengelola indekos ataupun bekerja di pusat perbelanjaan.  

Dengan julukan Kawasan Pendidikan, rupanya tidak serta merta membuat pembangunan yang berlangsung di Kecamatan Jatinangor terlaksana secara merata. Apa yang dirasakan oleh warga Desa Cileles hanyalah salah satu dari banyaknya ketidakmerataan pembangunan yang dirasakan oleh warga lokal Kecamatan Jatinangor. Besar harapan warga agar pembangunan dapat segera dilaksanakan secara merata agar ketimpangan yang ada secara berangsur dapat berkurang.

Petulis : Kharina Putri Rosdiana
Editor : Aliya Ramadhani Putri
Desainer : Fathiyyah Husna Inayah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *