Fenomena Ghosting dan Efeknya yang Tidak Sepele

Fenomena ghosting nampaknya acap kali menjadi buah bibir di kalangan anak muda maupun warganet yang aktif bersosial media. Bukan tanpa alasan, istilah ghosting kembali muncul ke permukaan salah satunya dipicu oleh seorang anak dari petinggi negara yang diduga sudah melakukan ghosting kepada kekasihnya. Tentu, hal ini menjadi sorotan di jagat media sosial.

Mengesampingkan hal tersebut, fenomena ghosting ini ternyata punya makna dan efek yang tidak main-main buat pihak yang di-ghosting, lho.

Istilah Ghosting sendirimerupakan situasi saat kita memiliki suatu kedekatan secara perasaan baik sebagai kekasih maupun di dalam fase pendekatan dengan seseorang, tetapi tiba-tiba ia menghilang tanpa kabar dan kejelasan. Fenomena ini sebenarnya tidak hanya terjadi dalam konteks hubungan perasaan, melainkan juga bisa terjadi dalam hubungan pertemanan maupun pekerjaan.

Lantas, apa yang membuat seseorang melakukan ghosting?

Sebenarnya, banyak sekali alasan mengapa seseorang bisa melakukan ghosting. Akan tetapi, akar dari alasan di dunia per-ghosting-an ini adalah ketidakmauan seseorang untuk mengomunikasikan perasaan secara langsung. Pelaku ghosting biasanya memilih untuk pergi dan menghilang, daripada membicarakan alasan mengapa mereka memutuskan untuk menyudahi sebuah hubungan.

Selain itu, pelaku ghosting bisa saja menghilang karena mereka tak ingin menghadapi drama atau konflik karena keinginannya untuk menyudahi hubungan. Baginya, lebih baik menghindar dan menghilang tanpa penjelasan daripada harus berurusan dengan konflik perasaan.

Alasan ketakutan pun bisa jadi pemicu seseorang melakukan ghosting. Pelaku ghosting bisa saja memiliki ketidaksiapan untuk memulai suatu hubungan lebih jauh dan tak ingin bilamana nantinya harus berurusan dengan perpisahan.

Tentu, selain alasan-alasan tersebut, pelaku ghosting mungkin merasa tidak memiliki tanggung jawab perasaan sehingga mereka merasa bahwa dengan menghilang tanpa kejelasan bukanlah persoalan yang serius dan bukan sebuah keharusan bagi mereka untuk memberikan closure kepada pihak yang di-ghosting.

Efek yang dirasakan korban ghosting

Kini, mari kita menggunakan kacamata dari si korban ghosting.

Sudah menginvestasikan perasaan, menyisihkan waktu dengannya, melakukan panggilan hingga semalam suntuk, saling berbagi cerita, canda, dan tawa kemudian dalam sekejap ditinggalkan, menghilang tanpa alasan. Membayangkannya saja mungkin sudah membuat kita merasa patah hati, bukan?

Namun, efek dari ghosting ini sebenarnya jauh lebih kompleks daripada sekadar patah hati. Apalagi jika korban sudah terlampau jauh jatuh dalam perasaannya terhadap si pelaku.

Mengutip dari psychologytoday.com, korban dari sebuah fenomena ghosting ini terkadang akan merasa di posisi rendah hingga krisis kepercayaan diri. Hal ini disebabkan oleh ambiguitas sebuah hubungan akibat sikap menghilang tiba-tiba. Korban akan mempertanyakan kepada diri sendiri seperti, apakah saya tidak cukup baik sehingga ia memutuskan pergi? Apa salah saya? Bagaimana saya menghadapi ini? Dan masih banyak pertanyaan yang merujuk kepada rendahnya penilaian atas diri sendiri.

Para korban ghosting pun mungkin akan merasa sebuah penolakan dan kebingungan atas pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah mendapatkan jawaban atau closure. Dalam jangka waktu yang panjang, bukan tidak mungkin apabila korban ghosting memiliki masalah kepercayaan untuk memulai suatu hubungan di masa depan.

Apa yang harus dilakukan?

Bagi para calon yang akan melakukan ghosting seseorang, harap urungkan niatmu itu. Akan lebih baik untuk mengakhiri dengan jelas apa yang sudah dimulai. Komunikasikan niat dan tujuanmu apabila ingin menyudahi, apa pun konsekuensi setelahnya, akan lebih melegakan daripada harus mengorbankan perasaan seseorang dengan beban tanda tanya yang tak pernah terjawab darimu.

Ibarat sudah dipersilakan masuk ke dalam rumah, jika ingin pergi tentu alangkah lebih baik untuk berpamitan, bukan?

Lantas, bagi para korban dari fenomena ghosting ini, janganlah langsung menyalahkan diri sendiri karena sejatinya nilai diri tidak ditentukan dari sebuah hubungan yang baru saja di-ghosting. Luangkan waktu untuk diri sendiri, refleksikan kejadian ghosting ini agar kita bisa mencintai dan habiskan waktu dengan orang-orang sekitar yang kita kasihi.

Wajar apabila kita menginginkan closure yang memang seharusnya didapatkan, tetapi bilamana tak kunjung didapat, maka jangan memaksakan diri untuk menuntut closure dari seseorang yang tidak memiliki keberanian untuk mengomunikasikan hal tersebut.

Yang terpenting adalah, jangan menaruh harapan lebih kepada manusia melaikan diri sendiri. Dan jangan jadikan kejadian ghosting ini membuat kita menutup diri dari kehadiran orang baru di hidup kita, ya!

Penulis: Putri Sophia
Editor: Tasyarani Aca

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *