Sambil nunggu bedug maghrib, enaknya baca buku nih, Sabi! Tapi, Sabi masih bingung mau baca buku apa? Sini sini, di segmen Ngabubureads ini aku ada rekomendasi buat Sabi.
Karena aku anak jurnalistik, gimana kalau aku ajak kalian menjelajahi dunia jurnalistik lewat novel More to the Story? Novel ini ceritanya tentang ABG yang ambis banget jadi jurnalis! Terus, tahu nggak sih? Novel ini retelling “Little Women”, loh. Iya, Little Women, si novel klasik itu! Tapi yang ini, versi modern dengan tokoh utama POC alias People of Color. Jadi, alur dan latarnya yang fresh lumayan relatable sama kita. Nah, cakep kan?
Blurb Tipis-tipis
Buku ini bercerita tentang seorang anak SMP bernama Jameela yang bercita-cita jadi jurnalis seperti kakeknya yang sudah meninggal. Saat terpilih jadi editor koran sekolah, dia yakin banget kalau ini adalah batu loncatannya buat jadi jurnalis hebat. Tapi, ada satu masalah. Semua tulisannya ditolak abis-abisan sama Pemimpin Redaksi!
Pas Jameela lagi pusing mikirin “Duh, gue harus nulis apalagi ya biar diterima?”, ditambah kesedihan karena ayahnya harus pergi selama enam bulan, tiba-tiba dia dapat tugas khusus. Dia diminta untuk menulis kisah anak baru dari Inggris yang super keren dan menarik, bahkan kisahnya berpotensi masuk kontes media nasional! Tentu saja Jameela langsung “oke, gas!”
Tapi, namanya juga hidup, pasti nggak selalu mulus. Salah satu anggota keluarganya divonis sakit parah, ditambah ambisinya mulai mengancam persahabatan antara dia dan anak keren dari Inggris. Jameela dihadapkan pada dilema besar. Apa yang sebenarnya lebih penting? Mimpi yang ia kejar atau orang-orang yang ia sayang? Untuk memilih sesuatu, harus ada pengorbanan. Mana yang harus dikorbankan?
Review Singkat, Paham!
Walaupun buku ini bisa dibilang retelling Little Women, sebagai fans nomor 1 March Sisters, buku ini nggak plek-ketiplek mirip dengan embel-embel modern. Hena Khan, sang penulis, berhasil bikin karakternya sendiri. Bahkan beberapa karakter bisa dibilang nggak mirip dengan karakter di Little Women. Contohnya Bisma Mirza, salah satu adik Jameela Mirza yang terinspirasi dari Beth March. Kalau Beth diceritakan bak titisan malaikat yang super legowo, Bisma lebih realistis, masih ada sifat keras kepala khas anak seumurannya.
Nggak cuma karakternya yang berbeda, konflik cerita juga disesuaikan agar lebih relevan dan relate di zaman sekarang. Misalnya, ayah mereka tidak diceritakan pergi berperang, tapi harus pergi bekerja di luar negeri karena kehilangan pekerjaan sebelumnya. Juga adik bungsu mereka, Aleeza, yang marah bukan karena tidak diajak pergi ke teater, melainkan karena tidak memiliki ponsel sendiri. Penulis juga menyisipkan isu-isu penting yang sering terjadi, terutama pada People of Color (POC), seperti rasisme.
Satu-satunya hal yang bikin aku ngerasa “yah”, ending dari ceritanya agak terburu-buru (kayak kebelet nikah aja!) dan sedikit menggantung (emangnya jemuran?).
Tapi, bukunya tetap worth it kan buat dibaca?
Jelas, dong! Kalau suka cerita dengan karakter yang kuat tapi enggak terlalu “Aduh, ini mah OK banget. Mana ada orang kayak begini”, sisterhood yang solid abis tapi dramanya tetap real no fake-fake, apalagi isinya serius dan penuh pesan moral tapi penyampaiannya ringan. Fix sih, buku ini wajib BANGET masuk daftar bacaan Sabi.
“Tapi aku belum baca Little Women…”
GAPAPA! Walaupun Sabi belum baca Little Women, Sabi tetap bisa menikmati buku ini kok!
“Ah, bukunya bahasa Inggris. Nggak ngerti…”
Tenang aja, Sabi! Walaupun bukunya berbahasa Inggris, More to the Story ini masuk kategori middle grade, alias isi dan bahasanya masih super duper gampang buat dimengerti.
Jadi, gimana? Tertarik buat baca?
Penulis: Diandra Wafiyatunnisa
Editor: Maulida Hasna Haniifa
Desainer: Naraya Raissa Aqila