Semangat, meriah, dan penuh kebersamaan, itulah tiga ungkapan yang terpancar dari setiap lapisan masyarakat Indonesia kala memasuki bulan Agustus, bulan ke-8 dalam penanggalan Masehi yang identik dengan nuansa kemerdekaan. Bendera Merah Putih yang terbentang di setiap sudut perkotaan, merasakan khidmatnya upacara, ikut larut dalam keseruan lomba 17-an, hingga kalap oleh diskon sejumlah brand ternama adalah hal yang tak mungkin terlewatkan dalam memperingati ulang tahun negeri kita tercinta. Meski demikian, bulan Agustus tidak hanya sebatas merayakan kemerdekaan semata, namun juga rasa syukur atas berhasilnya suatu pencapaian.
Yap, bulan Agustus ini nampaknya juga menjadi perayaan penuh syukur bagi mereka yang berhasil mendapat titel baru sebagai mahasiswa di universitas impian. Belajar mati-matian menghadapi setiap soal, merasakan sakitnya jatuh dalam kegagalan, hingga memasrahkan diri kepada Sang Pencipta semuanya terbayar lunas ketika kata ‘Selamat’ terpampang dalam layar pengumuman. Atmosfernya pun bahkan dapat dirasakan dengan beredarnya sejumlah video penugasan maupun diary vlog ketika mengikuti kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) alias ospek beberapa waktu terakhir.
Welcome to Jatinewyork Club!
Rasa syukur dan bahagia nampak pula bagi mereka yang berhasil diterima sebagai mahasiswa baru atau maba di Universitas Padjadjaran. Impian mereka untuk merasakan dunia perkuliahan ala Jatinangor dan memakai baju Hogwarts ala Harry Potter saat menyandang gelar sarjana, akhirnya dikabulkan pula oleh Tuhan yang begitu sayang terhadap umatnya. Entah karena Ia mendengar doa-doa yang terpanjatkan di sepertiga malam ataupun ingin memberikan ‘kado istimewa’ atas perjuangan dan kegigihan yang tak pernah padam.
Itulah yang dirasakan oleh Shilvia Yulianti Sumarna, mahasiswa baru asal Batujajar, Kabupaten Bandung Barat yang berhasil diterima sebagai ‘Warga Biru’ alias Jurnalistik Unpad melalui jalur SNMPTN. Bingung, minder, hingga merasa hopeless nyatanya sempat menyelimuti pikiran alumni SMKN 1 Cimahi ini karena merasa belum siap untuk kuliah sebab latar belakang pendidikan yang berbeda. Terlebih ketika tahu bahwa nilai rata-ratanya jauh lebih rendah dibanding alumninya dulu, maba yang akrab disapa Via ini memilih kekuatan doa sebagai satu-satunya jalan agar tidak tersesat dalam mengambil keputusan.
“Dari situ udah pasrah aja, cuma ngandelin doa. Literally ngandelin doa aja, karena kalo harus belajar, aku gak siap. Apalagi waktu buat SBMPTN tuh mepet banget,” ujar Via.
Uniknya tepat di hari pengumuman, Via mendapat ajakan untuk mengikuti doa bersama bagi seluruh calon mahasiswa PTN se-Indonesia melalui Google Meet. Beberapa jam setelahnya, Via bersama dengan rekannya begitu tak percaya bahwa kekuatan doa betul-betul mengabulkan apa yang selama ini diimpikan. Mungkin ketika banyak orang mendefinisikan SNMPTN sebagai ‘jalur langit’, hal itu diamini pula oleh Via yang bersyukur sekaligus lega bisa diterima menjadi maba Unpad.
Beda cerita dengan Anita Maharani, mahasiswa baru prodi Bisnis Digital Unpad ini berhasil mendapatkan kata ‘selamat’ melalui jalur UTBK-SBMPTN. Memiliki latar belakang pendidikan yang sama dengan Via, Anita memutuskan untuk gap year selama satu tahun meski sebelumnya Ia telah dinyatakan lulus pada tahun 2021 lalu. Hal itu diambil olehnya karena ia merasa tidak nyaman setelah empat tahun berada di SMK jurusan Teknik, hingga memilih nekat untuk lintas jurusan.
“Aku dulu SMK-nya teknik dan merasa ada ketidaknyamanan lalu ingin linjur. Tapi aku tidak mau keputusan linjur aku tahun lalu jadi ‘Salah Jurusan Part 2’. Akhirnya aku memutuskan untuk gap year selama 1 tahun, ujar Anita.
Meski melihat prospek jurusan yang besar di masa depan, nyatanya Anita perlu berjuang mati-matian agar dapat diterima di jurusan impian. Belum lagi ketika memutuskan untuk gap year, Anita memanfaatkan waktu selama satu tahun untuk belajar materi-materi UTBK Soshum lewat aplikasi belajar online yang tak pernah ia dapatkan selama duduk di bangku SMK. Sempat pesimis dengan nilai Try Out yang tidak sesuai harapan dan merasa takut kala mendapatkan jadwal UTBK hari pertama, namun Anita memilih untuk tetap pantang mundur dan akhirnya kini Ia berhasil menjadi mahasiswa baru Universitas Padjadjaran di jurusan impiannya.
“Tapi aku gamau menyia-nyiakan kesempatan. Kalaupun gagal ya ga masalah menurutku. Daripada aku menyesal karena ga pernah mencoba UTBK atau daftar kuliah di tahun ini,” tambahnya.
Sebagai salah satu universitas incaran banyak anak muda, tentunya ada berbagai alasan kuat tak terpatahkan mengapa dirinya sampai jatuh hati terhadap Unpad. Mulai dari berbagai faktor akademis, lalu terpesona akan Gedung Rektorat yang mirip stadion bola, ingin merasakan baju wisuda ala Hogwarts Harry Potter kala menyandang sarjana, sampai menjadi kampus recommended untuk anak-anak SMK yang ingin melanjutkan ke jenjang kuliah.
“Unpad baik (banget) bisa nerima anak SMK, dan suatu kebanggan pula masuk sini karena termasuk Top PTN di Indo. Selain itu, baju wisudanya bagus kayak Hogwarts Harry Potter dan namanya juga unik kayak Universitas Nasi Padang,” ujar Via.
Sementara itu, pada awalnya Anita tidak pernah berpikir akan melanjutkan pendidikan di bangku kuliah apalagi Unpad sebab mindset anak SMK, lulus langsung kerja. Namun, dirinya mulai tersadar saat mendapatkan pesan dari seorang mentor ketika mengikuti salah satu program beasiswa yang merupakan lulusan terbaik dari FEB Unpad. Ia merasa mendapat pencerahan kala mentor tersebut berpesan agar jangan malu karena terlambat kuliah sebab manusia punya cara yang berbeda-beda untuk sampai pada mimpinya.
“Akhirnya aku memutuskan pilih jurusan Bisnis Digital di Unpad. Soalnya sesuatu yang terbaik pasti tidak akan melewatkanku, dan ternyata berjodoh juga sama Unpad, kampus yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya,” ujar Anita.
Seberapa Siapkah Mereka?
Seperti yang dikatakan awal, bulan ini menjadi waktu paling sibuk bagi sejumlah universitas dalam menyambut mahasiswa barunya. Tak terkecuali Unpad lewat acara Penerimaan Raya Mahasiswa Baru atau Prabu, dan serangkaian ospek fakultas hingga jurusan yang pada tahun ini akhirnya bisa kembali diselenggarakan secara hybrid maupun offline. Pastinya banyak sekali maba Unpad yang ingin buru-buru meluncur ke Jatinangor, lalu merasakan jadi mahasiswa seutuhnya. Apalagi bagi Anita maupun Via, mereka pun sudah memperoleh kesan sangat baik ketika berkenalan dengan rekan-rekan baru maupun kakak pendamping.
“Kalau kenalan lumayan banyak lewat chat, terus tukeran Instagram, komen-komen di twibbon, sama sharing tipis-tipis,” ujar pula Anita.
“Pertama kali kenalan excited banget karena ketemu temen baru dengan sifat dan karakter yang baru juga. Sempet ngerasa takut waktu mau koar-koar di grup karena takut cringe, eh ternyata bener-bener disambut baik dan asik juga temen-temennya,” ujar Via.
“Kaka-kaka pendampingnya baik banget gak kuat, terus super ramah, kalo ada sesuatu yang ga di mengerti pasti dijawab, nggak sombong waktu di chat secara pribadi, ngemong banget, jadi ke aku ga ngerasa canggung,” tambahnya.
Bicara soal rangkaian ospek, melalui situs resminya Prabu Unpad 2022 kali ini mengusung tema #CahayaMudaPadjadjaran dan #LenteraCita dengan harapan agar Pramuda atau sebutan bagi mahasiswa baru Unpad mampu menjadi cahaya yang dapat meneruskan perjuangan bangsa Indonesia, sekaligus terselenggaranya Prabu ini mampu menjadi awal perjalanan mereka mengenal universitas secara utuh. Berlangsung selama tiga hari hingga 24 Agustus mendatang, Prabu Unpad 2022 akan dilaksanakan pertama kalinya secara hybrid setelah dua tahun absen akibat pandemi Covid-19 tentu dengan jumlah mahasiswa yang sudah ditentukan.
Pelaksanaan ospek di seluruh fakultas Universitas Padjadjaran juga tak luput dari persiapan yang telah dilakukan jauh-jauh hari mengingat hampir sebagian besar mulai dilakukan setelah Prabu Unpad 2022 usai. Salah satunya adalah di lingkungan Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad, melalui Dialog Fikom 2022 yang akan berlangsung secara full offline dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ada. Uniknya, Dialog Fikom 2022 kali ini mengusung tema yang diambil dari nama sebuah kawah dalam kisah pewayangan yakni Candradimuka.
“Lewat Candradimuka, aku ingin maba Fikom Unpad bisa menjadi pribadi yang kuat dan bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Apalagi setelah lulus SMA, ada aja mahasiswa yang sulit banget buat adaptasi di lingkungan barunya. Aku berharap maba Fikom bisa jadi SDM yang unggul dan mampu bersaing,” ungkap Christopher Chow selaku Project Officer Dialog Fikom Unpad 2022.
Lebih lanjut, rangkaian Dialog Fikom 2022 akan berlangsung dengan konsep yang berbeda dengan memecah para maba Fikom ke berbagai tempat pada hari pertama, lalu membagi menjadi dua kelompok besar saat kegiatan seminar dan mentoring pada hari berikutnya. Tak hanya itu, kegiatan Open House Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kembali dihadirkan setelah sebelumnya absen akibat pandemi.
“Kalau penugasan sebetulnya sama aja kayak tahun sebelumnya, cuman untuk kegiatan Campus Tour yang sebelumnya masuk ke rangkaian acara di tahun ini bakal diubah jadi penugasan dengan nama Fikom Report. Lewat Fikom Report, maba bakal nge-explore sendiri lingkungan yang ada di Fikom,” tambahnya.
Tak hanya maba saja yang mengejar deadline tugas ospek, para panitia pun juga mengejar segala aspek acara agar sukses dilaksanakan. Ia menuturkan bahwa sampai sejauh ini persiapan Dialog 2022 telah mencapai 80 persen dan hanya menyempurnakan beberapa hal seperti venue acara, teknis-teknis acara, hingga briefing panitia. Sementara itu, Angela Keraf, salah satu fasilitator Prabu Unpad 2022 mengungkapkan bahwa secara garis besar persiapan Prabu sudah matang dan hampir rampung dilakukan oleh seluruh anggota panitia. Terlebih lagi dalam seminggu terakhir, seluruh fasilitator telah melakukan kegiatan Pembinaan Jasmani atau Binjas bersama dengan anak-anak didiknya selama 2-3 kali sebagai persiapan untuk menghadapi kegiatan yang membutuhkan tenaga ekstra.
Walau semangat maba begitu membara kala mendengar ospek berlangsung offline, nyatanya tidak demikian dengan panitia yang mayoritas adalah alumni peserta ospek secara online. Sebagai fasilitator Prabu, Angel mengaku merasa sangat tertantang kala nantinya harus mendampingi mahasiswa baru, sebab harus tetap profesional mengarahkan mereka, terlebih ketika maba tersebut jauh lebih senior dari segi usia.
“Ada banyak kali ya (tantangan), soalnya untuk sekarang maba milih nih apakah bersedia offline atau online. Selain itu karena baru kali ini offline, tertantang juga nih gimana mengarahkan mabanya dan terhadap mereka yang (secara usia) jauh lebih tua,” ujarnya.
Serupa dengan Angel, Toto bersama rekan-rekannya di Dialog Fikom 2022 juga menghadapi tantangan besar kala harus merancang seluruh rangkaian kegiatan ospek mahasiswa secara offline. Minimnya pengalaman akan hal itu, membuat dirinya dan sejumlah Kadiv-Wakadiv sering ‘curhat’ bersama dengan kakak tingkat angkatan 2018 yang menjadi panitia ospek secara offline lewat satu kegiatan bernama sharing committee.
“Aku bersama Kadiv-Wakadiv nggak pernah ngerasain Dialog secara offline, dan kita ngeraba-raba banget apakah bisa dilaksanain atau nggak. Oleh karena itu, kita sering banget sharing committee sama angkatan 2018. Belum lagi konsep yang udah dibikin harus nyesuain situasi Covid-19,” ujarnya.
Ramai Ospek Berbalut Kekerasan, Unpad?
Ibarat lagu milik Keisya Levronka, Tak Ingin Usai, nampaknya permasalahan kuno dalam setiap rangkaian kegiatan ospek di lingkungan pendidikan baik itu sekolah maupun universitas akan selalu hadir mewarnai setiap tahun penerimaan peserta didik baru. Aksi kekerasan secara fisik maupun verbal terhadap mahasiswa dilakukan atas dasar dendam kesumat para oknum tak berperikemanusiaan atas tindakan yang mereka dapatkan dari panitia sebelumnya. Alhasil, kegiatan ospek kampus bukan menyambut dengan gembira namun justru menjadi kesempatan untuk menjadikan mahasiswa baru sebagai pelampiasan amarah semu.
Beberapa waktu terakhir, dunia maya kembali dihebohkan dengan sejumlah video perihal kegiatan Technical Meeting PKKMB yang dilakukan oleh Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) pada 9 Agustus 2022 lalu. Pasalnya mahasiswa baru Untirta tersebut mengalami sejumlah tekanan seperti tidak diperbolehkan makan dan minum hingga (harus) berjemur di tengah lapangan selama berjam-jam. Aksi senioritas tak terpuji itu lantas mendapatkan kutukan keras dari sejumlah masyarakat, termasuk oleh rektor Universitas Diponegoro, Yos Johan Utama yang me-roasting Untirta lewat acara pembukaan PKKMB di kampusnya.
Menyikapi hal tersebut, pihak Untirta melalui Presiden Mahasiswa BEM KBM Untirta, Ryco Hermawan lewat akun Instagram @untirta_official menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pihak atas kejadian yang merugikan para maba. Lewat pertanyaan resminya ini, pihak BEM KBM Untirta sekaligus juga membenarkan bahwa kegiatan Technical Meeting tersebut bertujuan untuk pemaparan materi dan pengambilan video mozaik lewat drone. Meskipun pihaknya tidak secara gamblang mengakui bahwa telah terjadi pula aksi kekerasan yang dilakukan oleh panitia PKKMB Untirta 2022.
Sebagai mahasiswa baru, baik Anita maupun Via tentu saja menolak keras segala bentuk tindak kekerasan dan senioritas yang terjadi dalam rangkaian ospek kampus, seperti yang terjadi di Untirta. Anita sendiri menegaskan dan mengakui pula bahwa aksi tersebut memang mampu memberi efek disiplin terhadap peserta, hanya saja hal itu akan mewariskan dendam dan opini senasib-sepenanggungan atas dasar keadilan semata.
“Satu sisi iya (benar) mental yang terbentuk (adalah) mental yang kuat, tapi (bakal) menyisakan rasa dendam dan (timbul) toxic senioritas yang lebih dominan,” tambah Anita.
Sependapat dengan Anita, Via mengungkapkan bahwa kegiatan ospek kini sering menjadi ajang senioritas dan kekuasaan dengan dalih pelatihan mental. Perihal aksi bentak-bentak dan berbagai kekerasan verbal terhadap maba, Via pun meragukan maksud dan tujuan diterapkannya hal tersebut dengan dalih menguatkan mental ketika menjalani perkuliahan. Baginya, kegiatan ospek semestinya menjadi wadah untuk mempermudah maba beradaptasi dengan lingkungan baru dan diisi dengan kegiatan bermanfaat lainnya.
“Maksudku, emang nggak ada cara lain buat ngedisiplinin mahasiswa? Kalau mereka berdalih supaya mental lebih kuat ngadepin perkuliahan, tanpa dilatih pun kita bisa sadar sendiri kalau dunia perkuliahan itu cukup berat dan nggak seindah yang dibayangin,” tambah Via.
Aksi ‘penyiksaan’ terhadap mahasiswa baru Untirta tampaknya perlu menjadi perhatian serius bagi panitia kegiatan ospek dalam lingkungan pendidikan, termasuk di lingkungan Universitas Padjadjaran secara menyeluruh. BEM Kema Unpad bahkan sudah mengeluarkan surat edaran tentang Penghapusan Budaya Kekerasan, Perundungan, Diskriminasi, dan Budaya Feodal agar menciptakan iklim yang positif sekaligus rasa aman bagi seluruh pihak terutama kepada mahasiswa baru. Alhasil, hal inilah yang menjadi concern di Prabu dan beberapa kegiatan ospek tingkat fakultas dan jurusan agar jangan sampai membawa nama buruk bagi Unpad hanya akibat aksi yang sangat mencederai rasa kekeluargaan antar mahasiswa.
“Sebagai fasil, aku selalu menekankan ke maba-maba Unpad yang aku dampingin kalau Prabu tuh menyenangkan dan nggak semenyeramkan seperti ospek tetangga. Apalagi kita (fasilitator) selalu ditekankan untuk ramah terhadap maba dan mendapat pelatihan P3K jika terjadi sesuatu yang tidak terduga. Jikalau ada tindakan tegas oleh panitia, mungkin hanya diterapkan pada hal-hal yang berkaitan dengan Prabu (terutama) penugasan untuk membangun rasa tanggung jawab,” ujar Angel.
Sementara itu terkait dengan hadirnya divisi Komisi Disiplin (Komdis) dalam Dialog Fikom 2022, Toto menjamin bahwa tidak akan terjadi aksi perundungan dan kekerasan terhadap maba seperti yang terjadi di Untirta beberapa waktu lalu. Dirinya pun bersama panitia Dialog 2022 juga berkaca pada surat edaran yang dikeluarkan BEM Kema Unpad, sehingga peran Komdis dalam Dialog hanyalah sebagai asesor penugasan dan evaluator terhadap pelanggaran-pelanggaran oleh mahasiswa itu sendiri.
“Komdis pun boleh menegur (maba) apabila melanggar aturan tentunya dengan tegas dan mengingatkan, bukan marah-marah, senioritas, dan lain sebagainya. Kita udah wanti-wanti banget Komdis buat nggak marah-marah, sebab karena Dialog ini offline perlu banget ada pihak yang mampu menindak maba ketika melanggar aturan,” tegas Toto.
Stop ‘Ospek Kuno’ Terhadap Maba!
Yap, sudah saatnya rangkaian kegiatan penerimaan mahasiswa baru alias ospek di lingkungan universitas meninggalkan warisan lama para pendahulunya, entah itu kekerasan verbal atau fisik, perundungan, hingga perpeloncoan yang jelas merendahkan harkat dan martabat mahasiswa sebagai manusia. Terlebih ketika seluruh universitas beramai-ramai melaksanakan kembali kegiatan ospek kampus secara offline, semestinya hal ini menjadi momentum untuk mampu memberantas warisan dendam kesumat para mahasiswa lama. Tak hanya Anita maupun Via, namun seluruh mahasiswa baru di penjuru negeri wajib mendapatkan perlindungan dan rasa aman layaknya saudara kandung.
Sebagai penutup, mungkin inilah secercah harapan yang diungkapkan oleh Anita dan Via mewakili ribuan mahasiswa baru Universitas Padjadjaran, serta Angel dan Christo sebagai pengemban tanggung jawab besar bagi keberlangsungan kegiatan ospek kampus di lingkungan Unpad (termasuk fakultas dan jurusan) agar tidak ‘menyontek’ tetangga sebelah.
“Prabu, Dialog, sama OJ bisa dibilang once in a lifetime, jadi semoga kegiatan-kegiatannya fun, nggak ada aksi perpeloncoan, terus bikin maba ngerasa aman dan bertambah juga wawasan kita dalam menggunakan sarana akademik di kampus,” ungkap Via.
“Semoga rangkaian acara Prabu, ospek fakultas hingga jurusan menjadi tempat nyaman dan berkesan bagi kami maba untuk mengenal kehidupan kampus. Semoga tidak ada penyimpangan dan tetap dalam nilai-nilai positif,” ujar Anita.
“Semoga Prabu 2022 bisa berhasil dan membuat maba-mabanya lebih yakin masuk menjalani dunia perkuliahan. Sekaligus bisa ngasih kenangan manis buat mabanya juga terlebih ini (kan) offline dan mengobati rindu mereka selama ini. Pastinya, nggak bakal terjadi deh hal-hal kayak di kampus sebelah,” ujar Angel.
“Harapannya Dialog bisa berjalan lancar. Walau persiapannya cuma sebulan tapi aku udah ngeliat perjuangan anak-anak (panitia) dari awal terbentuk sampai sekarang, sayang banget kalau Dialog nggak keren. Buat maba, aku harap kalian bisa mengambil hal-hal yang dapat berguna nantinya di dunia perkuliahan,” ujar Toto.
Penulis : David Kristian I.
Editor : Nur Aini Rasyid
Designer : Bethari Damara S.