Kabur Aja ke Surga

Di sebuah pinggiran kota di negeri penuh berkah ini, tinggal seorang pemuda bernama Yono. Pada sore hari, seusai lelah menyebar CV miliknya di job seeker online, ia menghabiskan waktu mengayuh sepeda ontelnya demi mencari-cari lowongan pekerjaan di koran bekas yang bisa ditemukan di warung kopi. Sudah hampir setahun sejak ia lulus kuliah, dan pekerjaan impiannya tetaplah impian.

“Yon, kok belum kerja juga?” tanya Pak RT saat melihat Yono duduk termenung sambil menyeruput kopi.

“Belum ada yang cocok, Pak. Semua lowongan minimal pengalaman lima tahun, terus harus berpenampilan ganteng, tinggi badan minimal 175 cm, dan bisa membelah lautan. Padahal, saya lulusan teknik. Saya bingung, Pak. Apa mesinnya bakal ngambek kalau teknisinya kurang ganteng? Atau gak bisa masuk pabrik karena ada batas tinggi badan kayak di Tornado Dufan? Atau jangan-jangan, bosnya takut dikejar Firaun sampe tengah laut? Ah, aneh-aneh, Pak, persyaratan kerja di negeri ini.”

Belum sempat Pak RT menggubris, Yono mendeham, “Ehem.. jangan-jangan, ya, Pak, perusahaan-perusahaan ini formalitas doang buka open recruitment karena kewajiban SOP, tapi dikasih persyaratan yang bikin.. ‘Naruto aja nyerah jadi hokage’.”

Pak RT menghela napas sembari menggeleng, lalu memberikan nasihat khas generasi boomer. “Sabar, Yon. Pepatah bilang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang.”

Yono tersenyum kecut dan menggaruk-garukkan kepalanya yang sebenarnya tidak ada kutu sama sekali. ‘Kayaknya salah gue curhat ke Pak RT,’ dumelnya dalam hati.

Ia memang pernah, sih, dengar pepatah itu, tapi makin hari rasanya makin basi. Apalagi ketika melihat tagar #KaburAjaDulu bertebaran di media sosial. Banyak teman-temannya yang sudah hijrah ke luar negeri, bekerja sebagai pelayan restoran, barista, atau sopir, tapi penghasilan mereka jauh lebih kaya dibanding lulusan S-2 di negeri sendiri.

Di televisi yang menyala di sudut warung, seorang pejabat yang namanya mirip istilah bodoh dalam bahasa Arab berkata lantang, “Kalau teman-teman berpikir untuk pindah ke luar negeri, saya malah meragukan nasionalisme kalian.” Kemudian, disaut oleh teman satu kabinetnya yang bernama Nusrongsok, “Kalau kita ini patriot sejati; kalau ada masalah, kita selesaikan bersama.”

Yono tertawa kecil. Patriot sejati? Hadapi masalah bersama? Dari kecil dia sudah menghadapi masalah sendiri: sekolah mahal, makan bergizi gratis tapi basi, gas melon diregulasi ketat. Masalahnya, yang menghadapi itu rakyat, sedangkan pejabat malah asyik bikin regulasi sugoi sambil goyang gemoy.

Malamnya, masih di warung kopi yang sama, temannya Yono menghampirinya, membahas lagi soal #KaburAjaDulu.

“Lo serius mau cabut ke luar negeri, Yon?” tanya Bowo, sahabat sepenganggurannya.

“Serius, Wo. Daripada di sini mau jadi teknisi tapi disuruh jadi Nabi, ujung-ujungnya dibilang enggak nasionalis,” jawab Yono sambil menyeruput kopi ketiganya.

Belum usai iklan di TV, kanal diganti oleh Pak RT. Tiba-tiba, seorang pejabat lain berbicara, seolah meledek Yono. “Mau pergi, ya silakan saja. Kalau memang tidak ingin kembali, juga tidak masalah, hihihi. Ke mana nasionalisme kalian?”

Sontak Yono tersinggung. “Gila nih TV kayak bisa dengerin obrolan kita.” Sambungnya, “Lagian, nasionalisme doang enggak bisa buat bayar tilangan polisi.”

Bowo tertawa. “Kalau nasionalisme bisa dicairin, gue udah kaya raya.”

Sembari memesan kopi pertamanya, Bowo menggulirkan timeline X-nya. 

“Eh, Yon, liat deh. Dari @sianakmuda, dia nyeritain kisah hidupnya yang.. gokil.” Bowo membacakan isi cuitannya, “Gue udah menghabiskan Rp150 juta untuk kuliah, bahkan harus berutang di sana-sini. Setelah lulus, gue cuma dapet pekerjaan sebagai guru honorer dengan gaji Rp1,2 juta per bulan. Karena ingin hidup lebih layak, gue akhirnya memilih kabur ke Taiwan. Di sana, gue kerja serabutan, tapi penghasilannya jauh lebih baik daripada kerja di negeri sendiri.”

Yono terlihat girang. “Tuh, kan! Coba-coba scroll lagi ke bawah.”

Ternyata unggahan selanjutnya diisi iklan yang lagi-lagi muncul si pejabat yang meledek Yono tadi. Namanya berinisial mirip angka kosong. “Pesimis sekali generasi #KaburAjaDulu ini. Enggak malu dengan rakyat di Gaza yang wilayahnya sudah dibom, dibantai, diledakkan, mereka tetap semangat untuk mati di tanah airnya!?” katanya, sambil tertawa kecil.

Yono menggelengkan kepala seperti gasing, saking cepetnya.

Bowo hampir tersedak kopinya. “Bro, kalau kita harus mati-matian di tanah sendiri, ngapain waktu kampanye kemarin pemerintah sok-sokan berjanji buka 19 juta lapangan pekerjaan?”

Seolah tak berpikir, Yono berkata dengan mantap. “Itu bukan buat kita. Itu buat juragan. Makanya kabinet sekarang gemuk.”

Mereka tertawa tipis.

Lalu, iklan tersebut berganti ke iklan kedua. Seorang petinggi negara, yang terkenal membonekakan presiden, berkata, “Kalau kalian bilang Ind*n*sia gelap, yang gelap itu kau! Bukan Ind*n*sia. Kalau mau yang sempurna, ya ke surga aja!”

Warung kopi mendadak sunyi. Yono dan Bowo saling pandang.

“Eh, masuk akal juga, kagok ke luar negeri doang mah,” kata Yono akhirnya. “Pak RT barangkali mau ikut?” tanyanya pada orang tua yang sedari tadi terasa left out.

“Pemerintah ya yang nyuruh?” gumam Pak RT. “Saya ikut!” jawabnya dengan lantang.

A few years later..

“Ya Tuhan, di mana para pejabat negeriku berada? Kenapa mereka tidak bersama denganku? Bukankah mereka yang menyuruhku masuk surga?” tanya Pak RT, sembari menatap langit di tengah taman firdaus.

Tiba-tiba, ada suara yang menggelitik kuping kiri Pak RT. “Ketahuilah bahwa mereka dimintai pertanggungjawaban oleh rakyat yang disengsarakan olehnya.”

Kemudian, suara itu berganti ke kuping kanannya. “Dan dengan sombongnya, dia berkata, ‘Kalau saya belum mau buru-buru ke surga.’”

“Saya sedih mendengarnya. Lantas, bagaimana dengan Yono?” isak Pak RT.

Pandangan Pak RT tiba-tiba samar, dan diperlihatkan bahwa Yono sudah sukses menjadi teknisi fisika. Di Jep*ng.

Penulis: Raffael Nadhef Mutawwaf
Editor: Maulida Hasna Haniifa
Desainer: Baiqa Jasmine Effendi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 Comment

  1. youve got a slick way of breaking down all of this country’s prob into one powerful hard hitting article!!! SUPER COOOL⭐️__⭐️