Saat ini kita sedang berada di era digital. Semua serba cepat, mudah, dan praktis. Akan tetapi, dunia digital tidak semudah dan seaman yang kita pikirkan.
Beberapa waktu silam pencurian data di dunia digital, khususnya di Indonesia kerap terjadi. Salah satu kasus pencurian data terjadi pada salah satu aplikasi e-commerce terbesar di Indonesia yaitu Tokopedia. Mereka telah mengonfirmasi adanya kebocoran data.
Dikutip dari wawancara Kumparan kepada pihak Tokopedia, “meskipun password dan informasi krusial pengguna tetap terlindungi di balik enkripsi, kami menganjurkan pengguna Tokopedia untuk tetap mengganti password akunnya secara berkala demi keamanan dan kenyamanan,” ungkap Nuraini Razak, Vice President of Corporate Comunications Tokopedia.
Bukan hanya pada aplikasi e-commerce, aplikasi media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter pun kerap menjadi sasaran para hacker dalam melancarkan aksinya. Dessy Septiane dari Facebook Indonesia pun mengungkapkan bahwa aplikasi media sosial saat ini rentan dari peretasan, ia pun memberikan tips-tips untuk para pengguna media sosial agar akun pengguna media sosial aman dari serangan hacker.
“Yang pertama aktifkan log-in notification dan autentikasi dua faktor, yang kedua log-out akun setiap kali berganti device, yang ketiga ganti password paling lama 6 bulan sekali, dan yang terakhir mengetahui apa saja informasi yang diambil oleh aplikasi media sosial,” ungkap Dessy.
Penyerangan dan Peretasan Menurut Para Ahli
Menurut Heru Sutadi, ahli di bidang Teknologi Informasi, saat ini masyarakat Indonesia masih rentan terhadap penyerangan maupun peretasan data.
“Untuk kondisi Indonesia sangat rentan, apalagi masyarakat Indonesia Indeks Keberdayaan Konsumen atau IKK-nya masih rendah 41,7, sehingga masih jauh dari cerdas dan berdaya,” tutur Heru.
Ia pun mengatakan seharusnya pemerintah bertindak tegas dengan membuat aturan dan penyediaan layanan yang menghimpun data pengguna agar aman dan terhindar dari peretasan.
“Pemerintah harus buat aturan. Penyediaan layanan atau platform yang menghimpun data pengguna harus aman dan kita sebagai pengguna harus cerdas untuk tidak menyebarkan banyak informasi pribadi, menjaga kerahasiaan password dan one-time password, berhati-hati tidak mengklik link sembarangan dan waspada situs yang tidak aman,” ungkap Heru.
Nindhitya Nurmalitasari dari Kemenkominfo pun menjelaskan kenapa kasus pelanggaran terhadap data pribadi kerap terjadi.
“Kami mengidentifikasi beberapa hal, misalnya adanya serangan siber, human error, outsourcing data kepada pihak ketiga yang tidak terjaga keamanannya, kegagalan sistem, dan rendahnya awareness masyarakat Indonesia itu sendiri dalam mengelola data pribadinya. Kemudian dari segi pengendali data pribadi, tidak memenuhi dengan kewajiban regulasi.” tandas Nindhitya.
Ia juga menambahkan bahwa pemerintah saat ini sudah mengatur regulasi perlindungan data pribadi di Indonesia.
“Ada beberapa regulasi yang memang sudah mengatur, seperti dari sektor telekomunikasi, peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 20 Tahun 2016 tentang perlindungan data pribadi dalam sistem elektronik, juga ada PP 80 Tahun 2019,” ungkap Nindhitya.
Kerugian dan Keuntungan di Dunia Digital
Di balik ancaman dalam dunia digital, terdapat keuntungan yang bisa didapatkan oleh para pengguna aplikasi digital, seperti menggunakannya untuk membuka bisnis, menambah relasi, dan mengajar.
Hal ini membuat para pengguna aplikasi digital merasa termudahkan dalam melakukan aktifitasnya. Akan tetapi, tidak semua aktifitas di dunia digital berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan. Terdapat beberapa hambatan atau kesulitan dan kejadian-kejadian yang merugikan beberapa pengguna aplikasi digital.
Pebisnis yang menjual dagangannya melalui aplikasi digital pun memberikan tanggapannya terhadap keuntungan dan kerugian yang didapat dalam berbisnis di dunia digital. Seperti yang diungkapkan Calula Prazuardi, pemilik bisnis thrift shop online.
“Lebih mudah untuk berjualan karena ada aplikasi yang mempermudah penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi, lalu menurut saya penghasilan dari usaha online lebih menguntungkan.”
Ia pun mengungkapkan kerugian dan kesulitan yang didapat dalam berbisnis di dunia digital.
“Kalau sekarang, dampak negatifnya itu gara-gara terjadinya Covid-19, banyak orang-orang yang mulai membuka usaha online, jadi agak merasa tersaingi. Kesulitannya sih untuk mempromosikan online shop, karena harus benar-benar cari tempat promosi yang orang-orangnya mencapai target, seperti misalnya, baju thrift biasanya yang beli itu kalangan 16-25 tahun. Selain itu, biaya untuk promosi online juga tidak murah, kadang bisa tidak mencapai target,” ungkap Calula.
Selain pebisnis dunia digital, para akademisi dan pengajar juga ikut memberikan tanggapan mengenai penggunaan aplikasi digital. Salah satunya adalah Aat Ruchiat Nugraha, dosen dari program studi Hubungan Masyarakat Universitas Padjadjaran
“Keuntungannya yang pertama yaitu materi dipermudah dengan cepat, disampaikan dan dapat direkam dengan baik dalam suatu sistem media pembelajaran digital seperti Google Classroom dan Live Unpad, kedua pola pembelajaran yang bisa dibilang agak fleksibel, sebab dalam kondisi apapun baik narasumber maupun audiens dapat mengikuti dengan baik, yang ketiga nilai seni virtual public speaking memberikan pembelajaran tersendiri bagi kita semua,” ungkap Aat.
Selain keuntungan, ada beberapa kerugian yang didapat dalam mengajar di dunia digital, Rafiri Dipta Fadhal, salah satu guru Teknologi Informasi dan Komunikasi pun ikut memberikan pendapatnya.
“Kerugiannya yang pasti tidak bisa bertemu tatap muka dengan murid-murid, pembelajaran juga jadi kurang efisien, dan tidak tahu keadaan murid-murid sebenarnya pada saat kegiatan belajar mengajar bagaimana,” ungkap Rafiri.
Dalam mengakses dunia digital, kita harus lebih waspada dan teliti agar tidak terjadi peretasan maupun pengambilan data pribadi yang disebabkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Peran penting masyarakat dan lembaga pemerintahan pun turut andil dalam mendukung pencegahan ancaman di dunia digital, karena di samping kekurangannya, pada era digital seperti sekarang ini banyak keuntungan-keuntungan lain yang dapat diperoleh dalam berkecimpung di dunia digital.
Ditulis oleh: Tim Dua Biru, Mahasiswa Jurnalistik 2020
Editor: Ridzky Rangga Pradana
Jangan lupa baca tulisan berita kami yang lain, ya