Tumben Jatinangor Macet?!

Bagaimana Tanggapan Para Mahasiswa di Sekitar Jatinangor? 

Sejak tertanggal 16 Agustus kemarin, saat saya kembali ke kecamatan Jatinangor untuk melanjutkan kegiatan perkuliahan saya setelah libur panjang selama kurang lebih 2 bulan, saya merasakan ada yang berbeda dari saat saya menginjakkan kaki selama setahun disini. Saat saya pulang pun bukanlah hari libur yang biasanya dapat meramaikan jalan raya disini, namun jalanan terlihat sangat macet hingga jadwal saya tiba di Jatinangor terbilang terlambat karena kemacetan yang disebabkan oleh ‘membludaknya’ jumlah kendaraan di jalan. 

Memang biasanya jalanan di Jatinangor terbilang cukup padat, namun biasanya tidak sampai menyebabkan kemacetan parah hingga berjam-jam. Saat berada dalam bus Damri jurusan Elang, saya melirik kearah jendela, di depan kampus ITB Jatinangor banyak sekali mobil keluar menuju jalan raya. Saya juga melihat banyaknya mahasiswa yang masih menggunakan seragam SMA menyebrangi jalan. Dengan atribut yang dikenakan, saya dapat memastikan mereka adalah mahasiswa baru yang sedang menjalani masa Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru. 

Tidak hanya maba ITB saja, mahasiswa baru Universitas Padjadjaran pun ikut memenuhi jalan. Sama seperti saat saya pertama kali datang kesini, kemacetan di jalan tidak bisa dihindari, terutama one way di Jalan Raya Jatinangor. Hal ini dikarenakan banyaknya mahasiswa baru yang berasal dari luar kota untuk pindah ke kos-kosan disekitar kampus. Hal inilah yang menyebabkan kemacetan panjang di sepanjang jalan tersebut. 

Seperti Kia, mahasiswa Universitas Padjadjaran angkatan 2023 ini merasa kemacetan yang ada di Jatinangor disebabkan oleh parkir liar dan kendaraan yang keluar masuk di jalan. Hal ini pun  mempengaruhi mobilitasnya sebagai pejalan kaki, selain karena kurang besarnya trotoar yang ada di sekitar area kampus, ia jadi kesulitan untuk menyebrang jalan karena kecepatan pengendara kendaraan bermotor yang terbilang kencang dan cukup membahayakan. 

Larry, mahasiswa Universitas Padjadjaran angkatan 2022 pun merasakan hal yang sama seperti yang dialami Kia. Kemacetan yang ia temui terjadi setiap jam pulang mahasiswa, juga saat awal semester mahasiswa baru pindah ke Jatinangor. Padatnya kendaraan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan berat seperti truk, pengendara yang kurang tertib, dan arus keluar masuk kendaraan ke jalan raya juga menjadi alasan kenapa sering terjadi kecelakaan bagi pejalan kaki seperti Larry. Terlebih kurangnya fasilitas yang memadai di area sekitaran kampus membuatnya merasa takut ‘terserempet’ kendaraan yang lewat. 

Tak terkecuali bagi AR, mahasiswa Universitas Padjadjaran angkatan 2020 yang sering menggunakan kendaraan umum untuk kegiatan mobilitasnya sehari-hari. Semenjak minggu ke-2 pada bulan Agustus ini kemacetan sering terjadi di jalan raya, dan hal tersebut sangat mempengaruhi mobilitas yang menggunakan kendaraan umum, alhasil waktu yang diperlukan untuk sampai ke tujuan jadi lebih lama daripada biasanya. Menurutnya juga kemacetan ini terjadi karena adanya lonjakan penduduk baru, ditambah banyaknya kendaraan pribadi yang mengantarkan mahasiswa baru untuk mencari kosan, sehingga jalan yang kemacetannya paling parah ialah Sukawening hingga Griya. Kemacetan total disana bahkan terjadi hingga malam hari. 

Selain berpengaruh pada pejalan kaki dan pengguna kendaraan umum, kemacetan yang baru-baru ini terjadi di Jatinangor juga mempengaruhi pengguna kendaraan pribadi. Bagi Zubaidi Azra mahasiswa Universitas Padjadjaran angkatan 2022, kemacetan yang terjadi di Jatinangor dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti jalan yang rusak, rute yang kurang efektif, ketiadaan polisi yang mengatur lalu lintas, hingga acara atau event tertentu seperti orientasi mahasiswa baru dan pawai 17 Agustus yang terjadi pada tanggal 20 Agustus di hari Minggu pagi tersebut. 

Hal ini pun tidak hanya mempengaruhi mahasiswa Universitas Padjadjaran, Anon, mahasiswa Institut Teknologi Bandung angkatan 2023, mengetahui kemacetan di Jatinangor semenjak pertama kali berangkat ke kampus menggunakan kendaraan pribadi. Walaupun tidak mempengaruhi mobilitasnya saat berangkat, namun ketika pulang menuju kos ia merasakan kesendatan dijalan. Menurut Anon karena banyaknya kampus yang berada di Jatinangor, membuat jalan membludak dan menimbulkan macet, terlebih pada jam-jam mahasiswa keluar disaat yang bersamaan. 

Saran dan pertimbangan paling baik baik dari saya maupun narasumber adalah penambahan dan perbaikan trotoar di area sekitaran kampus. Dengan adanya trotoar tentu akan memudahkan para pejalan kaki untuk berjalan, dan akan lebih aman pula dari pengendara umum yang kurang bertanggung jawab. Trotoar yang bagus dan aman pun bisa menjadi pilihan utama mahasiswa dibanding menggunakan gojek atau kendaraan pribadi. Selain itu memang sudah seharusnya area sekitar kampus diberikan lahan trotoar yang layak pakai bukan? Tidak hanya itu, memilih untuk menggunakan kendaraan umum juga bisa menjadi opsi pilihan bagi para pengendara umum agar volume kendaraan di jalan ikut berkurang. Selain membantu mengurangi kepadatan kendaraan pribadi, solusi ini juga bisa mampu mengurangi polusi udara di Jatinangor untuk menciptakan udara yang lebih bersih dari sebelumnya. 

Harapan kami sebagai mahasiswa yang berkuliah di Jatinangor tentu sama semua, berharap dapat berkuliah dengan nyaman dan aman.

Penulis : Naura Zahrani
Editor : Khairunnisa Mukinin
Desainer : Rinaya Triananda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *